Published on 6 May 2015

Tukang Mie Ayam Sampai Bill Gates: Kekuatan Pagi Itu.. Maha Dahsyat

Words by:
avatar

Alyah Amalia

Sering melintas di Jalan Raya TB Simatupang? Terutama lintasan jalan yang menuju ke arah Pasar Minggu, dari arah Cilandak. Di situ, setiap pagi ada tukang jualan mie ayam, yang bisa dibilang tidaklah sangat ramai pembeli, pun tidak sedikit pelanggannya. Betul sekali, dia tidak miskin pelanggan tapi tidak pula membludak oleh yang ingin beli. Yang pasti, rasa mie ayam yang disuguhkan Bapak Penjual, memang mantap.

Para peserta dari BICARA 131
Para peserta dari BICARA 131

Tapi eits..! Mohon maaf, BICARA 131 tidak memusatkan perhatian pada lokasi tepatnya si penjual mie ayam tersebut. Juga tidak memaparkan rasa mie ayam itu secara lebih terperinci. Karena tulisan ini bukan ajang jualan mie ayam ala BICARA 131. Bila penasaran dengan mie ayam tersebut, baiknya tanyakan orang-orang di sekitar situ yang tentu sudah mengenalnya. Yang ingin BICARA 131 ungkap, adalah prinsip si Bapak Penjual mie ayam, yakni kenapa harus pagi-pagi buta dia berjualan, “Tapi ternyata pagi-pagi begini pembeli sudah banyak ya Pak?”

“Ya, karena ini adalah jaminan dari Dia. Siapa yang ragu dengan jaminan dari Yang Maha Kaya?” ungkap di Bapak Penjual sambil meracik mie ayam.

“Saya bingung Pak, jaminan apa?”

“Hehe, saya cerita saja ya, sambil saya melayani pembeli.”

“Silakan Pak, jangan direpotkan oleh pertanyaan saya. Cuma saya penasaran jadinya. Saya cuma iseng saja, karena biasanya tukang mie ayam buka siang.”

“Jadi begini, anu Dik, saya itu, bla, bla, bla …….”

Si Bapak Penjual pun bercerita cukup panjang tentang bangun pagi. Dan singkat cerita, pada intinya apa yang dia ceritakan memang telah dibuktikan oleh banyak orang sukses tingkat atas dunia, seperti Bill Gates, Raja Fahd bin Abdul Aziz, hingga yang paling dekat dengan rakyat Indonesia, Presiden Joko Widodo. Menurutnya, awal pagi adalah saat dimana sumber kekuatan terbuka luas. Si Bapak Penjual menerangkan melalui tilik ajar Islam, karena kebetulan dia muslim.

“Karena duapertiga malam menjelang matahari terbit, Allah turun menyapa mahlukNya dengan caraNya yang Maha Hebat. Saya selalu bangun di duapertiga malam. Sebelum bekerja, terus terang saja, kadang saya shalat malam dan berdoa meminta kepadaNya, kadang tidak. Tergantung situasi dan kondisi diri ini. Kalau tidak capek, saya melakukan itu. Tapi kalau capek, saya tidak. Tapi yang pasti, menurut saya berdasarkan apa yang saya alami, Allah senang disambut oleh mahlukNya. Mereka yang berkorban untuk berupaya terjaga dari tidur nyamannya ketika Dia datang di duapertiga malam, mungkin menurut saya, dianggap Allah sebagai upaya menyambutNya. Itulah sebabnya mereka yang bangun lebih awal bersama denganNya hingga matahari terbit, kerap mendapat kekuatan tersendiri.”

Namun apa kekuatan yang dimaksud? Apakah kekuatan finansial? Bila memang finansial, seharusnya tukang mie ayam itu kaya raya. Bila kekuatan fisik, seharusnya dia tak perlu jadi tukang mie ayam, tapi jadi saja pasukan khusus yang perkasa di segala medan. Nah lalu apa kekuatan yang dimaksud si Bapak Penjual?

“Kekuatan yang saya rasakan, yang sangat dahsyat adalah saya dan anak buah saya di sini, belum pernah jatuh sakit. Anda lihat sendiri, kami tidak pernah tutup, tidak pernah mengecewakan pelanggan yang sengaja datang ke sini pagi-pagi dan berharap kami buka. Kekuatan kedua, seperti yang Anda lihat, dalam sehari, 15 mangkok adalah niscaya. Padahal banyak tukang mie ayam lain yang berharap sehari 5 mangkok saja sudah senang. Kenapa kok ada saja pembeli mie ayam di pagi hari? Saya tidak tahu, karena itu datang dari Allah, saya tidak mengaturnya. Dan kekuatan-kekuatan lainnya yang saya simpulkan adalah berkat kekuatan pagi,” papar sang penjual.

Percaya atau tidak, apa yang dia ucapkan juga merupakan prinsip hidup Bill Gates, Raja Fahd, Jokowi dan orang sukses lainnya. Bahwa siapapun yang bisa meraih kekuatan pagi, niscaya banyak manfaatnya. Bank Indonesia pun sama, tidak akan menyia-nyiakan kekuatan pagi.

Pada ajang kompetisi The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2015, tentang kekuatan pagi ini salah satu peserta dari Bank Indonesia Call and Interaction (BICARA) 131 Irfan Rahman menjelaskan kepada para dewan juri. Perlu diketahui, para peserta mempresentasikan paparannya masing-masing sesuai dengan pertanyaan yang didapatnya dari fishbowl yakni kumpulan pertanyaan di dalam sebuah wadah kaca. Irfan Rahman mendapat fishbowl yang menanyakan kepadanya tentang apa manfaat datang pagi ke kantor.

Indri Kaniasari (kiri) dan Irfan Rahman (kanan)
Indri Kaniasari (kiri) dan Irfan Rahman (kanan)

Menurut Irfan, selain untuk tanggung jawab diri terhadap pekerjaan, juga menjaga prestasi yang disuguhkan oleh Bank Indonesia, yaitu insentif kehadiran. “Kami di tim BICARA 131 sangat senang dengan adanya insentif kehadiran bagi mereka yang datang lebih awal. Ini adalah wujud menghargai bentuk upaya seseorang. Insentif ini juga ibarat rejeki khusus,” ungkapnya sumringah.

Demi Pelanggan

Ulasan di atas adalah sekelumit manfaat yang didapat dari ajang kompetisi TBCCI 2015. Ini adalah tulisan ketiga yang kami ‘racik’ dari banyak hal-hal menarik dan bermanfaat yang terjadi dari ajang ini. Pada hari kedua ajang presentasi individu TBCCI 2015, masih seperti kemarin para peserta memaparkan segala hal yang berkaitan dengan job description mereka, di perusahaan masing-masing. Namun bila kemarin pesertanya adalah mereka yang di level Trainer, Team Leader (TL) Inbound, Manager Inbound, Supervisor (Spv), dan Quality Assurance (QA), hari ini pesertanya adalah Agent Inbound, Agent Premium, Agent English, Agent Social Media, dan Back Office.

Mereka mempresentasikan di hadapan dewan juri dengan cara-cara unik. Salah satu yang menarik perhatian di Balai Kartini, Jakarta Selatan, tempat ajang TBCCI 2015 dihelat, adalah munculnya sesosok pemuda berjubah dan bertopeng. Tampak seperti ksatria malam alias The Dark Knight, pahlawan fiktif yang terkenal di Amerika Serikat. Alih-alih ksatria malam, tapi dia muncul di pagi hari, kala sang surya menyebarkan hangat ke tubuh. Sang pahlawan kepagian itu hadir di Ballroom Rafflesia Balai Kartini, tentunya dengan penjelasan tersendiri.

Sulhadi, sang pahlawan kepagian..
Sulhadi, sang pahlawan kepagian..

Dia adalah Sulhadi, salah satu peserta Kategori Inbound seat > 150 dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Menurutnya, topeng yang dibawanya dan dikenakan di hadapan dewan juri, adalah pengibaratan dari bagaimana mengesampingkan sejenak hal negatif dari dalam diri. Karena namanya manusia, tentu tak luput dari masalah dan setiap orang berbeda cara menangani masalahnya masing-masing. Sulhadi memaksudkan, topeng adalah filtrasi pengaruh buruk yang datang dari permasalahan yang menimpa dirinya. Dia tak ingin, orang yang dia layani bisa melihat masalah pada dirinya. Itulah makna topeng tersebut. Karena tuntutan di dunia call center adalah bagaimana bisa mengesampingkan masalah pribadi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik ke pelanggan.

Dan tak cukup sampai di situ, topeng yang dipilihnya pun bukan topeng yang menakutkan. Karena meskipun bertabir topeng, namun orang tidak melihatnya sebagai pengalihan atau upaya menutup-nutupi diri. “Bukan menjadi orang lain, tapi mampu meletakkan masalah dan hadir menjadi pribadi yang ceria, yang baik, sesuai kebutuhan pelanggan. Orang pun melihatnya sebagai sosok menyenangkan,” ungkap Sulhadi. Sehingga meski dalam tekanan masalah internal, namun dia tetap bisa menambah kawan di luar sana. Inspirasi topeng, lanjut Sulhadi, hadir dari kondisi di mana orang biasanya memiliki konotasi yang buruk terhadap topeng. Tapi menurut pria yang baru pertama kali ini mengikuti ajang TBCCI ini, topeng dijadikan sebagai sesuatu yang bermanfaat dalam memberikan pelayanan ke palanggan.

Siap melompat lebih tinggi, mendapat kawan lebih banyak.
Siap melompat lebih tinggi, mendapat kawan lebih banyak.

Lain dengan Sulhadi, ada Indri Kaniasari dari BICARA 131. Indri Kaniasari sebagai peserta Kategori Inbound seat < 30, memiliki tema menyelesaikan permasalahan dengan bercermin dari permainan rubik. “Penemu permainan rubik Ernő Rubik mengatakan bahwa hakikat rubik adalah bagaimana kita menyelesaikan masalah dalam situasi yang rumit,” ungkap Indri Kaniasari. Secara riil, medan tugas contact center akan menjadi rumit bila ditangani dengan tidak sabar, tidak terstruktur, dan tidak terlatih. “Bila Anda lihat, orang-orang yang mampu menyusun kembali rubik yang terpencar dengan waktu yang cepat adalah mereka yang sabar dan terlatih dengan terstruktur. Inilah yang saya lakukan di BICARA 131, memberikan yang terbaik demi pelanggan,” ucap Indri Kaniasari menutup kisah BICARA 131 hari ini. Selanjutnya, tunggu cerita BICARA 131 berikutnya dalam ajang bergengsi TBCCI 2015.