Published on 2 August 2016

Surga di Telapak Kaki Emak

Words by:
avatar

Alyah Amalia

Setidaknya 394 pasang telapak kaki pada hari ini, Selasa, 2 Agustus 2016 meninggalkan jejaknya di lantai 7 Gedung Kalbis Institute, Pulomas, Jakarta Pusat. “Emang ada apaan sih? Kok 394 orang dari seluruh Indonesia, pada dateng ke Kalbis?” tanya Bang Dodi, sopir mobil sewaan yang mengantarkan tim Bicara 131 ke Kalbis. Rupanya Bang Dodi tidak dikabari oleh Bang Ali, sopir yang pada hari sebelumnya mengantar tim ke lokasi tempat perhelatan kompetisi The Best Contact Center Indonesia (TBCCI).

Peserta TBCCI 2016 dari Bank Indonesia
Peserta TBCCI 2016 dari Bank Indonesia

Maklum, Bang Dodi, sang Putra Betawi asli, sebenarnya adalah sopir untuk mobil khusus peredaran uang Bank Indonesia. Terlebih pria berusia 47 tahun itu telah tiga hari tidak mengantor. “Sabtu-Minggu kemaren kan hari libur yak, ditambah saya Senin-nya cuti,” ungkapnya.

Oh Ibunda…
Bang Dodi terpaksa cuti sehari lantaran mendapat giliran menjaga ibundanya yang sedang dirawat, karena sakit gangguan jantung skala medium. Namun ia merasa tenang, karena rupanya sang ibunda pada Kamis esok, sudah dibolehkan pulang oleh dokter rumah sakit. “Untung aje, kerja disini masih dibolehin cuti sehari untuk ngurus emak saya. Di tempat gawe saya dulu, susah bener Mas dapetin cuti untuk urusan lain-lain di luar kita sakit. Tapi buat saya, surga di bawah tapak kaki emak, itu utama,” tukasnya.

Setiba di gedung Kalbis, tim BIcara 131 langsung menuju lantai 7 gedung. Mulailah terdengar riuh peserta yang mengikuti ajang bergengsi contact center se-Indonesia itu. Di antara para peserta yang memenuhi setiap sudut ruangan lantai 7, tampak satu orang lelaki, mungkin usianya sekitar 25-28 tahun. Namanya Muhammad Herri, peserta dari PT Telkom Indonesia. “Gugup Her?” tanya rekan dia yang mendekatinya. “Ah, nggak, santai aja sih.”

Temannya pun mengangguk dan menepuk bahunya, seraya melangkah meninggalkannya. Namun beberapa langkah dari Herri, sang teman kembali menoleh. Dia tampaknya merasa, pasti ada yang masih mengganggu di pikiran Herri. Penasaran, tim Bicara 131 pun menanyakan ke Herri, dan inilah jawabannya, “Aku cuma teringat ibu. Asalku ini kan dari Medan (Sumatera Utara, red). Jadi sebenarnya aku kangen ibu..”

Namun, lanjut Herri, momentum kangen kepada sang bunda akan dia jadikan sebagai pemicu, penyemangat, pembawa inspirasi di depan sang juri nanti. Tak jauh dari tempat Herri, ada lagi seorang lelaki jangkung, sekitar 180 cm mengeluarkan celetukan untuk dirinya sendiri, “Puji Tuhan mama, aku sudah presentasi di depan juri.”

Darius Fajar, BCA
Darius Fajar, BCA

Adalah Darius Fajar dari BCA yang baru saja menyelesaikan paparannya di depan para juri. Orang pertama yang dia sebut adalah satu sosok utama dalam hidupnya, sang ibunda. Begitu pula Muhammad Ariadilla dari Bank Mandiri dan Aries Maharinda dari PT Telkom Indonesia. Ariadilla mengatakan, ingin menceritakan apa yang baru dia alami di dalam ruangan saat menghadapi dewan juri kepada ibunya.

Sedangkan Maharinda mengucap terima kasih untuk ibunya, karena berhasil berjuang hingga di tahap ini. “Dan aku paparkan apa yang ibu ajarkan padaku, bahwa apa yang kita lakukan, selama untuk hal baik, maka nanti akan datang pula hal baik untuk kita. Tak perlu ditunggu, itu pasti datang. Niscaya. Saya telah membuktikannya,”ucap Maharinda.

Namun Indri Kaniasari dari Bank Indonesia punya pendapat sendiri, menyangkut ibu dan keluarga. Dia tak menampik bahwa untuk urusan keperluan pembangunan keluarga, terutama sandang dan pangan, peran ibu sangat utama. “Tapi jangan lupa. Meski ibu dan keluarga sudah membekali kita untuk menghadapi kehidupan di luar sana, pengaruh lingkungan yang buruk bisa mencemarkan,” ungkapnya. Penting bagi Indri, untuk belajar dan menimba hal positif di lingkungan. “Seperti ikut ajang TBCCI ini.”

Investasi Tepat
Tampaknya di hari kedua lomba peliputan menulis atau Writing Contest, Indonesia Contact Center Association (ICCA) 2016, layak dijadikan ‘Hari Ibu’ lantaran banyak orang yang mengingat ibundanya. Namun apapun itu, yang patut di perhatikan adalah, betapa peran ibu sangat strategis dalam membangun kualitas manusia. Bahkan dari perspektif keuangan, peran serta perempuan merupakan sesuatu yang fundamental untuk meraih ‘surga’ bagi keluarga.

Guratan tinta bertulis IBUNDA
Guratan tinta bertulis IBUNDA

Pada acara 41st Annual Meeting Islamic Development Bank (IDB) Group, Senin 16 Mei 2016, lalu di Jakarta, Direktur Institute of Business Administration, Karachi, Pakistan Ishrat Husain mengatakan investasi yang tepat adalah memberi akses keuangan kepada kaum perempuan, dalam hal ini peranan ibu. “Karena di tangan perempuan, uang itu dipastikan untuk keperluan pembangunan mental keluarga, kesehatan, dan pendidikan dasar generasi. Ini adalah investasi terbaik,” ungkap Ishrat Husain.

Pada hakikatnya, Indonesia memiliki potensi perempuan yang kuat. Dalam hal ini, para perempuan yang tidak berkarir di kantoran. Kekuatan perempuan Indonesia -yang telah melakukan gerakan emansipasi sejak awal 1970- dapat dioptimalkan, khususnya di usaha-usaha kecil dan menengah. Mereka layak untuk mendapat dukungan untuk membangun mental generasi bangsa. Majulah perempuan Indonesia. Terima kasih ibunda..