Alyah Amalia
Tim Bank Indonesia Call and Interaction (BICARA) 131 berhasil meraih Juara II pada Perlombaan Jambore The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2015, untuk kategori Penilaian Kreatifitas. Keberhasilan meraih posisi kedua pada kategori tersebut mendapat tempat tersendiri di hati para tim BICARA 131. Selain karena Jambore TBCCI ini adalah yang perdana bagi BICARA 131, juga lantaran yang meraih posisi Juara I adalah tim dari perusahaan besar. Apa hubungannya?
Ini lantaran tim BICARA 131 meraih perolehan berprestasi tersebut, setelah bersaing dengan perusahaan yang bisa dibilang berlingkup raksasa. Tak dipungkiri, seringkali kematangan persiapan bagi yang berjumlah orang banyak akan lebih mantap ketimbang mereka yang sedikit. Peserta Jambore TBCCI 2015 ini memang hanya dibolehkan 12 orang per setiap perusahaan. Namun 12 peserta ini membutuhkan banyak masukan dari contact center mereka, untuk mendapatkan ide segar, ide kreatif.
Dan inilah, hikmahnya, BICARA 131 dengan hanya sedikit personel, mampu menghasilkan penuh kreasi sehingga dinobatkan sebagai Juara II kategori Penilaian Kreatifitas Jambore TBCCI 2015. Tak dinyana, tak dikira, tak diduga, ternyata BICARA 131, tim contact center kecil yang hanya berjumlah 24 personil, bisa se-kreatif perusahaan raksasa itu.
Sehingga meskipun hanya berada di posisi dua, namun secara kualitas, bila berada pada lingkup yang sepadan, maka BICARA 131 memiliki nilai istimewa. Karena secara agregat, dapat disimpulkan bahwa pada riil-nya, kreatifitas tim BICARA 131 berada pada top level. Hal ini sebenarnya sudah banyak terjadi di dunia kompetisi.
Ksatria Kreatif
Tiga bukti yang takkan hilang ditelan zaman, tentang kekuatan kecil yang mampu mengejutkan fakta adalah dari kisah strategi militer kekhalifahan Umar bin Khattab, Salahuddin al Ayyubi, dan Sultan Al Fatih. Ketiga ksatria itu berhasil mempimpin pasukannya yang jumlahnya tak sebanyak lawannya, namun berhasil mendapatkan nilai istimewa, bahkan kemenangan mutlak seperti diraih khalifah Umar bin Khattab.
Hikmahnya adalah keunggulan bukan mustahil bagi mereka yang berjumlah sedikit, asal keseluruhan personilnya adalah ksatria. Sebaliknya ribuan orang biasa mungkin harus berjatuhan keringat dan darah, dengan hanya menghadapi puluhan ksatria. Tim BICARA 131 merasa optimistis, bahwa dalam menghadapi kompetisi apapun nanti, niscaya BICARA 131 akan unggul karena memiliki para ksatria kreatif.
Adapun kegiatan Jambore TBCCI 2015 diisi dengan beberapa kategori lomba. Ada jenis lomba verbal yakni kategori ketangkasan dan kreatifitas (BICARA 131 berhasil meraih juara II). Lalu jenis lomba spesifik, yakni kategori menerjemahkan sandi kotak, kategori membuat neraca keseimbangan, kategori memecahkan kode morse, dan kategori mengidentifikasi bumbu masak.
Sportifitas
Sejak Sabtu dan Minggu (16-17 Mei 2015) sebagai waktu pergelaran Jambore TBCCI 2015, lomba demi lomba dilakukan dengan penuh daya upaya untuk menang dan tentunya, menjunjung sportifitas. Sportifitas dalam olahraga maupun kompetisi lainnya, merupakan sikap yang sangat utama untuk menjadikan dan memperindah pertandingan.
Banyak sekarang orang yang tidak mengerti makna sportifitas dan hanya mementingkan sebuah kemenangan. Apabila dalam bertanding sikap sportifitas tidak dilaksanakan, maka pertandigan akan terlihat kacau dan tidak menarik untuk dilihat.
Sebenarnya sportifitas adalah kata sifat yang berarti jujur dan ksatria atau gagah. Dan kata sportifitas yang sebagai kata benda mempunyai arti orang yang melakukan kegiatan lomba tersebut (harus) memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak dan berperilaku saat bertanding. Seperti disiplin, mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama.
Jadi sportifitas dalam adalah perilaku atau tindakan dari seorang atau sekelompok peserta yang memperlihatkan sikap jujur, ksatria, disiplin, dan menaati ketentuan dan peraturan pertandingan dan perlombaan, untuk mencapai sesuatu yang diharapkan.
Maka itu, seluruh instruksi dari panitia Jambore TBCCI 2015 diresapi dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin demi meraih poin sempurna penilaian dewan juri.
Ketika dewan juri mengatakan agar para peserta harus melakukannya dengan cara begini, maka beginilah yang kami lakukan. Dan ketika mereka mengatakan supaya peserta berlaku begitu, maka begitulah yang mereka dapat dari kami para peserta. Tak ada satupun dari para peserta yang mencoba-coba ‘nyolong’ di sela peraturan dewan juri.
Sehingga SELURUHNYA, baik para peserta dan panitia perlombaan Jambore TBCCI 2015, layak diacungi jempol. Tak ada satupun titik noda kecurangan merusak kredibilitas peserta dan panitia. Dari perlombaan Jambore TBCCI 2015 ini akhirnya dapat tercermin bahwa secara keseluruhan TBCCI 2015 adalah ajang yang prestisius, jujur, dan sportif.
Saling Menyemangati
Meski pada hakikatnya TBCCI 2015 adalah kompetisi antar call center se-Indonesia untuk meraih satu kemenangan, namun semangat bersaing dengan cara positif selalu muncul di setiap ajang. Misalnya di hari pertama TBCCI 2015 tampak tak sedikit peserta yang baru berkenalan namun sudah saling menyemangati, dengan berkata “Anda pasti bisa menang, seperti halnya saya pun bisa menang.”
Karena memang kemenangan adalah hak siapapun di dunia ini. Namun sesuai hukum alam bahwa bila ada yang menang, tentu ada yang kalah. Bila ada serigala tentu ada domba. Semua berkaitan saling mendukung. Kemenangan adalah hak semuanya, namun tergantung bagaimana persiapan dan kemampuannya. Jangan harap menang bila tanpa persiapan matang dan modal kemampuan yang berada di bawah ketentuan.
Ya, seperti hakikat ungkapan “Anda pasti bisa menang, seperti halnya saya pun bisa menang” yang maknanya adalah bila Anda lebih siap dan mampu, maka kemenangan ada di Anda. Sebaliknya bila saya yang lebih mampu dan siap, maka mungkin Anda yang kalah. Itulah hikmahnya. Yang menang bisa menjadi teladan dan yang kalah bisa memetik pelajaran.
Pusat Perhatian
Adalah Lukman Hakim, salah satu peserta TBCCI 2015 dari Permata Tel yang mengatakan bahwa kegiatan kompetisi ini tak perlu dibebani dengan ambisi “Aku harus menang”. Pasalnya, hal itu hanya menjadi pecut bagi mereka yang memiliki mental juara. “Enjoy aja. Kita jalani saja,” ujar Lukman. Karena pada umumnya, mereka yang menjadi pecundang lantaran terjajah oleh ambisi sendiri.
Tengok saja orang-orang yang depresi bahkan gila di Rumah Sakit Jiwa. Menurutnya, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang sebenarnya siap berkompetisi di dunia, namun semangat dan tujuan mereka dihalang-halangi oleh ambisi tak terkendali dari mereka sendiri. Alhasil, mereka bukan lagi memusatkan perhatian pada target penyelesaian masalah hidup, melainkan pusat perhatian mereka adalah pikiran liar mereka sendiri.
Hal itulah yang akhirnya menjadikan hidup mereka rumit dan akhirnya tak dapat dibendung lagi, sehingga menjadi kusut. Bila sudah begitu, Rumah Sakit Jiwa adalah solusinya. Namun mari tengok mereka yang berdiri di atas podium di hadapan banyak manusia yang hidupnya mengabdi pada kebaikan. Ambisi liar orang-orang seperti ini dapat ditekan, dengan memusatkan perhatian pada hasil dan proses, menuju keberhasilan demi kebaikan alam semesta.
Mereka lupakan sejenak bisikan ‘setan’ yang akan mengganggu tujuan hidup mereka. Jiwa dan mental mereka kokoh, sehingga tak satupun hal bisa menaklukkan pengabdian mereka kepada masyarakat dan alam. Apapun hasilnya, mereka hanya memegang prinsip bahwa proses itu harus dilalui dan dengan persiapan yang matang, hasilnya akan terbaik.
Itulah sebabnya, Lukman, Permata Tel, BICARA 131, dan tim contact center yang bermental juara lainnya sepakat bahwa semua upaya manusia adalah pelajaran yang dapat dipetik. “Jangan lupa, sebagai umat beragama harus percaya bahwa hasil akhir semua yang kita lakukan adalah ijin dari Yang Maha Kuasa. Jadi tanpa ijinNya, tak mungkin semua terjadi.”
You must be logged in to post a comment.