ICCA Indonesia
Ia tiba di pelataran lobby bangunan bercat putih itu dengan tergesa-gesa. Hampir saja tersandung oleh undakan di dekat pintu masuk. Ia menenangkan hatinya yang berdebar kencang, sembari menghela nafas panjang. Sempat timbul kekhawatiran akan terlambat tadinya.
Elly namanya. Perempuan manis kelahiran 24 tahun silam ini berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta. Ia merupakan salah satu perwakilan Kring Pajak dalam lomba ICCA 2018.
Hari ini ia memakai batik biru kebanggaannya. Batik yang sangat indah. Dia memadukannya dengan rok span panjang berwarna hitam, juga sepatu hak tinggi berwarna senada. Tak lupa menggunakan make up tipis biar terlihat semakin menarik.
Tiba di lantai tujuh, ia disambut teman-temannya yang sudah tiba terlebih dahulu. Hari ini ramai sekali, tidak seperti kemarin. Yang melakukan presentasi saja ada enam orang dari Kring Pajak. Riuh rendah suara di pelataran aula tempat mereka berkumpul. Cuaca di luar yang panas ternyata senada dengan suasana aula yang terasa tegang.
Elly mengikuti lomba ini dengan persiapan yang matang. Latihan dilakukannya selama empat bulan. Kategori Telemarketing yang diikutinya sesuai dengan keseharian pekerjaannya di Kring Pajak. Yang akan ia presentasikan nanti di hadapan para juri, sudah ia kuasai dengan baik.
Ada hal menarik yang ingin ia presentasikan nanti. Ini tentang campaign collection support , yakni membantu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam menghimbau dan memersuasi Wajib Pajak agar mau membayar tagihan pajak.
“Setiap hari ada saja tantangan yang aku hadapi ketika bekerja sebagai Telemarketing . Wajib pajak yang suka marah-marah, atau yang memang tidak mau membayar pajak, adalah yang paling membuat emosiku terkuras,”ungkap Elly menggebu-gebu pada saat diwawancara.
Wajib Pajak yang dihadapi Elly memiliki sifat yang sangat beragam. Ada yang patuh, ada pula yang tidak patuh. Ada yang baik, ada yang ramah, namun ada pula yang suka marah-marah. Oleh karena itu, Elly mengantisipasinya dengan caranya sendiri.
“Sebelum memulai menelepon Wajib Pajak, aku suka mencari tahu data-datanya terlebih dahulu. Data yang aku cari semisal data omzet perusahaan, data tagihan pajak, target penagihan pajak di KPP, dan sebagainya. Hal ini membantuku mengantisipasi apa yang akan aku sampaikan terhadap Wajib Pajak tersebut dan bagaimana aku akan menghimbaunya,” lanjutnya.
Sesekali ia merapikan jilbab berwarna kuning yang dikenakannya. Gilirannya untuk tampil belum tiba. Ia terlihat gelisah dalam duduknya. Alat pendingin udara, yang bekerja maksimal di ruangan itu pun tak mampu menghapus ketegangannya. Wajar saja, tekanan lomba mempengaruhi dirinya. Sambil menarik nafas panjang, Elly pun melanjutkan percakapan.
“Dalam bekerja, terkadang jenuh dan bosan datang melanda. Oleh sebabnya, aku mencoba melakukan berbagai hal. Yang paling aku senangi adalah olahraga muaythai dan mendaki gunung. Muaythai membantuku untuk mampu mengontrol emosi, dan bagiku mendaki gunung adalah sebagai sarana untuk melepaskan stres.”
“Kemudian, untuk mengembangkan diri, aku berusaha mengikuti setiap In House Training yang diselenggarakan di kantor. Hal ini aku perlukan karena aku sadar, banyak aspek yang mesti aku tingkatkan. Kemampuan softskill yang aku miliki masih kurang baik. Aku sadar, bekerja di Kring Pajak tidak hanya membutuhkan kemampuan memahami peraturan perpajakan, namun juga kecakapan berbicara,” lanjutnya.
Tak hanya beraktifitas di kantor, ternyata Elly juga senang beraktifitas di luar. Ia rutin melakukan kegiatan sosial. Salah satunya adalah aktif pada komunitas Sahabat Bumi. Komunitas ini melakukan aktifitasnya di lapak Sarmili, dengan berfokus pada anak-anak dan penghuni lapak di daerah tersebut.
Terakhir, ketika ditanya mengenai harapannya mengikuti lomba ICCA ini, Elly berkata, “Harapanku tidak muluk-muluk tentang juara atau mendapatkan platinum. Harapanku lebih kepada bagaimana aku bisa mengenal banyak orang-orang hebat yang menjadi perwakilan dari instansi ataupun perusahaan yang mengikuti kegiatan ICCA ini. Semoga aku juga memberikan yang terbaik dan dapat mengharumkan nama institusiku, Direktorat Jenderal Pajak,” pungkasnya sekaligus menutup pembicaraan.
Wawancara selesai. Terdengar panggilan juri dari ruang enam agar Elly segera masuk. “El, kamu bisa! Tetap tenang dan jangan lupa berdoa,” seru teman-temannya. Elly mengangguk, sembari merapikan perlengkapan presentasinya.
Ia melangkahkan kakinya dengan mantap. Seketika itu juga, tekanan lomba pun hilang dari pikirannya. Hiruk pikuk orang-orang di aula tak menganggunya lagi. Yang ia tahu, ia akan menampilkan yang terbaik. Ia percaya, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Selamat berjuang Elly!
You must be logged in to post a comment.