Published on 16 May 2015

Menguak Sosok Misterius Kala Bening Malam

Words by:
avatar

Alyah Amalia

Jumat malam itu, rasa lelah Dimas Adipratama teramat sangat. Pegal, linu, serta tekanan darah di urat kepalanya, bisa dibilang sedang berada di level tertinggi. Dimas adalah salah satu dari 10 orang peserta Jambore The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2015 perwakilan contact center Bank Indonesia atau Bank Indonesia Call and Interaction (BICARA 131). Lho kok jadi Dimas yang disorot? Yang lain pada kemana? Kita biarkan saja dulu yang lain, karena Dimas ternyata menyimpan kisah aneh di malam menjelang Jambore TBCCI 2015, yakni Jumat, 15 Mei 2015.

Malam itu Dimas sangat lelah sehingga untuk berupaya tidur pun sulit, padahal badan sudah sangat lelah. Dia menjadi gusar karena melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 00.30 WIB. Semakin gusar karena teman-teman BICARA 131 lainnya sudah pada tidur. Namun semakin matanya ditutup dan berupaya untuk tertidur, hasilnya malah sebaliknya. Segenap tubuh semakin berontak. “Ya sudah, sebaiknya aku jalan-jalan keluar saja,” gumam Dimas dalam hati. Beranjaklah dia menuju keluar wisma. Tim BICARA 131 dan beberapa tim peserta Jambore TBCCI 2015 lainnya, pada malam itu masih menginap di Wisma Pramuka Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Pramuka (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur. Barulah pada Sabtu mereka diharuskan menginap di tenda masing-masing di area perkemahan Jambore TBCCI 2015.

Dimas Adipratama
Dimas Adipratama

Dia pun berjalan ke arah danau, yang berada dekat dengan wisma menginap. Dimas pun memilih duduk di bawah pohon di dekat bibir danau. Disundutlah rokok sisa dari kantor, yang sengaja dia bawa menemani kegiatannya. “Eh, siapa itu?” ucapnya terlontar spontan dari bibir. Tabir asap rokok sempat menggangu pandangan Dimas, terhadap sosok yang berada tak jauh di hadapannya. Lalu dikibasnya asap rokok yang menghalangi pandangannya itu. Dan tampaklah ada seorang pria berumur setengah baya, sekitar 55-60 tahun, mengenakan kemeja dan celana hitam. Dimas menyadari pasti ada yang tak beres, karena si bapak tampak seperti berjalan di atas air danau. “Masa sih penampakan. Tak percaya aku. Hari gini penampakan? Macam di acara televisi kurang kerjaan itu? Ah, tak mungkin.”

Dia pun hirau dengan si bapak itu dan mengalihkan pandangan. Lalu saat kembali mencoba mengarahkan pandangan ke tengah danau tempat si bapak tua itu muncul, Dimas tidak mendapati apa-apa. Hanya pemandangan air danau di malam pekat. Kembali dia melanjutkan menghisap rokoknya di tengah bening malam sunyi Buperta Cibubur. Satu hisap, dua hisap, tiga hisap, “Kok sendirian saja Dik? Teman-temannya sudah pada tidur?”

Sekonyong-konyong Dimas terperanjat karena si bapak berkemeja hitam itu sudah ada di sampingnya. Dimas melihat si bapak dari atas kepala hingga ujung kakinya. Si bapak itu mengenakan kemeja dan celana berwarna hitam. Wajah si bapak pucat pasi tanpa ekspresi. Tampak celana panjang hitam si bapak seperti menjurai kepanjangan. Saking panjangnya celana, si bapak seperti mengenakan sarung berwarna hitam.

“I.. I.. Iya Pak, teman-teman saya sudah pada tidur..”

“Hmmm, kau tak bisa tidur?”

“Eh, anu, bapak tadi di situ lho. Cepat sekali, kok sekarang di sini?”

“Iya, tak usah dibahas. Sekarang kenapa kau sendirian di sini? Tak baik. Kau tahu? Tak baik!”

Dimas menjadi tak nyaman dengan sikap si bapak itu. Dia kemudian melempar senyum kecut ke si bapak dan memutuskan untuk beranjak dari bawah pohon kembali ke tenda. Saat melangkah menuju tenda, si bapak memanggil. “Hei, Dimas. Jangan pernah kau pisah dari kawanan, nanti kau dimangsa.”

Semakin Dimas ketakutan karena si bapak menyebut namanya. Dimas melihat ke belakang, ke arah si bapak. Dan astaga! Tampak si bapak itu berdiri sangat tinggi, mungkin hingga 3 meter tingginya. Kemeja yang dia kenakan menjadi seperti jubah yang panjang hingga kakinya. Dan yang lebih menakutkan adalah kakinya tidak bertapak ke tanah, alias mengapung. Dimas pun lari tunggang langgang menuju arah wisma. Karena rasa takutnya teramat sangat, Dimas pun tersandung kakinya sendiri dan terjatuh. “Aaaaaahhh!” teriak Dimas sekuat tenaga. Kepalanya terbentur tanah dan terasa sangat menyakitkan, hingga Dimas merasa seperti ingin pingsan.

Di pandangannya yang nanar, dia melihat bayangan si bapak semakin mendekat. Jantungnya pun jadi berdebar cepat dan Dimas berupaya keras untuk bangun. Namun upayanya percuma karena si bapak sudah berhasil mendekapnya. Dimas terasa seperti diceburkan ke kolam dengan air yang sangat dingin. Badannya serasa beku dan akhirnya… “Dim, Dimas, hei  Dim. Bangun, hei, jangan mengigau kau,” ujar Dendi sang Team Leader BICARA 131. Ternyata Dimas hanya bermimpi.

Bersama Membangun

Dimas pun segera terbangun dan membelalakkan matanya. Dilihatnya jam tangannya dan rupanya waktu sudah menunjukkan pukul 05.20 WIB pagi. Dia akhirnya tersadar bahwa dirinya hanya bermimpi. Dimas pun mengelus dada, bersyukur bahwa apa yang dialaminya hanya mimpi.

Ya, kisah ini hanya sebagai pernak pernik dari kegiatan Jambore TBCCI 2015 yang digelar di Buperta Cibubur pada Sabtu-Minggu (16-17 Mei 2015). Dimas dan tim Jambore BICARA 131 kemudian melanjutkan kegiatan. Sabtu pagi adalah awal dimulainya kegiatan Jambore TBCCI 2015. Tim BICARA 131 mengikuti beberapa rangkaian kegiatan yang diperintahkan panitia Jambore TBCCI 2015.

Peserta Jambiore TBCCI 2015 dari BICARA 131, dengan pakaian serba biru
Peserta Jambiore TBCCI 2015 dari BICARA 131, dengan pakaian serba biru

Diawali dengan upacara pukul 8.30 WIB, seluruh peserta dengan khidmat mengikutinya. Dilanjutkan membangun tenda pada pukul 10.30 WIB, dengan waktu yang diberikan hanya 10 menit. Tim BICARA 131 pun bergegas bahu membahu bersama membangun tenda. Dan yeah, tenda pun berhasil didirikan dalam waktu kurang dari 10 menit. Dua tenda (tenda khusus laki-laki dan perempuan) dibangun oleh tim BICARA 131. Tenda dibangun dengan perhitungan yang matang, sehingga dia berdiri dengan kokoh dan kuat. Rasa penat pasca mendirikan tenda akhirnya terobati setelah mereka merebahkan badan menikmati suasana di dalam tenda.

Pukul 12.00 WIB setelah jeda makan siang,  kembali panitia mempersilakan para peserta mendirikan gapura, yang harus khas dan menunjukkan ciri khusus masing-masing institusi peserta Jambore. waktu yang diberikan cukup longgar yakni hingga pukul 15.00 WIB. Tampak gapura milik tim PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang cukup mentereng megah. Gapura PT KAI memang menjadi sorotan perhatian para peserta lantaran paling besar dan mencolok di antara yang lainnya. Gapura milik tim BICARA 131 pun tak kalah indah. Dengan ornamen-ornamen khas BICARA 131 yang kerap ditampilkan di setiap ajang, gapura milik BICARA 131 tampak sebagai yang megah diantara gapura lainnya.

Konsep gapura BICARA 131 dibuat untuk menggambarkan Bank Indonesia dan layanan BCARA 131. Di area terdepan tenda BICARA 131, gapura yang terpasang berbentuk monumen kecil bergambar uang Rp 100 ribu. Monumen kecil itu sengaja dibuat berlubang dua, agar orang-orang bisa menaruh wajahnya di situ. Dan bila difoto dari depan, seperti wajah orang tersebut menjadi model uang Rp 100 ribu tersebut.

Gapura BICARA 131
Gapura BICARA 131

Lalu gapura area belakang tenda, adalah gapura pilar. Maksud pilar itu adalah cerminan miniatur gapura selamat datang di Bank Indonesia. Sehingga konsep gapura tim BICARA 131 adalah agar suasana berkompetisi seperti serasa suasana di kantor.

Selanjutnya, setelah pemasangan gapura, panitia memerintahkan peserta memasang ornamen bendera merah putih dengan waktu yang tersedia hanya 15 menit saja. Dan kembali tim BICARA 131 berhasil menyelesaikan kegiatan sesuai waktu yang ditentukan. Menginjak pukul 16.30 WIB dimulailah perlombaan antar peserta. Disinilah sportifitas diuji. Lomba pertama yakni menerjemahkan sandi kotak. Juri dalam lomba ini menilai siapa saja peserta yang paling banyak menerjemahkan makna sandi-sandi yang harus dipecahkan.

aDSC07576
Lomba menerjemahkan sandi kotak

Lomba berikutnya adalah menyusun batang lidi, karet, dan kelereng menjadi segitiga neraca yang seimbang. Semakin banyak neraca keseimbangan yang tercipta, maka merekalah yang mendapat nilai tertinggi. Di kedua jenis lomba, baik menerjemahkan sandi kotak dan membuat neraca keseimbangan, tim BICARA 131 menyelesaikannya dengan baik.

Tim BICARA 131 sedang menciptakan neraca keseimbangan
Tim BICARA 131 sedang menciptakan neraca keseimbangan

Selesainya lomba neraca keseimbangan sekaligus menutup sesi rangkaian lomba pasca jeda istirahat siang. Selanjutnya, acara dilanjutkan setelah pukul 20.00 WIB dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Maka nantikanlah tulisan menarik BICARA 131 tentang Jambore TBCCI 2015 selanjutnya yang tentunya tak kalah seru. Selamat berjuang para peserta Jambore, selamat mengisi petualangan hidup dengan aktivitas positif!