Andi Anugrah
Apa yang akan Anda lakukan jika perusahaan berkata tidak pada Work from Home? Apakah Anda akan berpaling dan menolak untuk bekerja di kantor? Penelitian menunjukkan bahwa banyak karyawan yang akhirnya memilih untuk berhenti bekerja daripada harus kembali ke kantor! Dan sebagai respon, perusahaan juga telah mulai mendesain ulang tempat kerja untuk mendukung bekerja secara hibrid. Artikel ini akan memberikan pencerahan mengenai munculnya kebutuhan bekerja secara hibrid serta membagikan tips yang dapat menginspirasi Anda untuk menerima bekerja secara hibrid.
Dengan surutnya pandemik COVID-19, perusahaan berkeinginan untuk meminta para karyawannya kembali ke kantor. Namun, setelah menjadi terbiasa dengan fleksibilitas dan kenyamanan bekerja dari rumah, para karyawan tidak memiliki level antusias dan kegembiraan yang sama (untuk kembali ke kantor, red.). Mereka mengharapkan perusahaan menawarkan kombinasi bekerja secara bertatap muka dan remote. Kenyataannya, menurut penelitian yang dilaporkan oleh Bloomberg, para karyawan memilih untuk berhenti bekerja daripada kembali bekerja di kantor.
Yang cukup mengejutkan, 64% dari pekerja menyatakan mereka akan memilih untuk mendapatkan lebih sedikit gaji untuk tetap di rumah! Menurut survei dari sebuah jaringan profesonal, BLIND, 64% dari responden mengatakan ketika diberikan piihan antara kenaikan USD 30 ribu atau bekerja dari rumah secara permanen, akan memilih pilihan yang terakhir.
“Sebanyak 67% responden Google memilih bekerja dari rumah secara permanen, sama seperti 64% responden Amazon, 62% Microsoft, 69% Apple, 76% Salesforce dan 47% karyawan JP Morgan Chase.”
Sumber: Blind
Meskipun perusahaan menemukan bahwa bekerja secara remote adalah kasus yang menarik, sepertinya tidak mungkin mereka memperbolehkan karyawan untuk bekerja secara remote sepenuhnya. Lebih memungkinkan bagi perusahaan untuk bergeser kepada pekerjaan hibrid – sebuah kombinasi dari bekerja secara remote dan tatap muka di kantor – untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan individual.
Sementara ada hiperbola mengenai produktifitas bekerja secara remote dan keuntungan dari keseimbangan karir dan keluarga, banyak perusahaan dan karyawan memiliki pengalaman yang mengakibatkan kerugian yang tidak dapat dikembalikan akibat dari bekerja secara remote. Sebagai contoh, ketika bekerja secara remote membantu karyawan menghemat waktu dan uang untuk melakukan perjalanan ke kantor, hal ini dibayar dengan mengorbankan tim, kolaborasi, dan dukungan sosial di kantor.
Berikut adalah 4 sisi negatif yang utama dari bekerja secara hibrid atau remote:
1. Kegagalan untuk unplug: bekerja sampai menerobos batas kehidupan
Mungkin awalnya tampak tidak berbahaya, namun ketidakmampuan memisahkan waktu bekerja dengan waktu personal dalam rentang masa yang lama akan memiliki dampak yang buruk pada kesehatan mental dan fisik karyawan. Tekanan untuk harus selalu dapat dihubungi ketika bekerja dari rumah dapat menyebabkan stres.
2. Ancaman orang dalam: meningkatkan resiko keamanan data dan privasi
Bekerja secara remote adalah pintu gerbang baru terhadap pencurian identitas, kehilangan privasi dan kejahatan dunia maya. Kurangnya infrastruktur teknis yang layak dan perangkat keamanan remote dapat mengekspos data pelanggan dan karyawan yang sensitif – mengakibatkan pelanggaran yang mahal.
3. Isolasi dan depresi: mengurangi kolaborasi rekan kerja
Bekerja dengan piyama dan sandal mungkin nampak menarik pada awalnya, tapi kurangnya interaksi dengan rekan kerja selama bekerja remote menyebabkan keletihan, depresi, sindrom kelelahan, dan hilangnya motivasi. Kurangnya dukungan sosial, kolaborasi dengan rekan kerja dan kompetisi yang membangun dalam tim akan menyebabkan sindrom kelelahan.
4. Bukti yang bertentangan: mengurangi produktifitas
Apakah bekerja dari rumah mengurangi atau justru menambah produktifitas? Klaim mengenai peningkatan produktifitas yang luar biasa tidak selalu valid. Terkadang itu adalah hasil dari karyawan yang bekerja dengan lebih banyak tambahan waktu/jam daripada menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam rentang waktu yang sama.
Apakah Anda ingin mengoptimalkan strategi bekerja secara hibrid atau mencoba bekerja secara hibrid untuk pertama kalinya, sebelum Anda mengambil langkah selanjutnya, berikut adalah 3 contoh perusahaan yang telah melakukan usaha yang inspiratif dengan bekerja secara hibrid.
Everise adalah perusahaan outsourcing yang berpengalaman dalam transformasi Customer Experience yang memanfaatkan teknologi untuk mendukung bisnisnya. Salah satu pelanggan Everise yang bergerak dalam industry Layanan Finansial menjadi saksi naiknya permintaan layanan sebesar 400% selama pandemik terkait pembayaran cek stimulus Covid 19 yang diberikan oleh Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 2020. Untuk mengantisipasi lonjakan yang lebih tinggi, pelanggan menginginkan Everise untuk memperbesar tim customer support operation tanpa melakukan kompromi terhadap kepatuhan (compliance). Dengan sebagian besar dari staf bekerja dari rumah, Everise memiliki kekhawatiran atas resiko pencurian data dan karyawan khawatir akan dimonitor.
Everise mengimplementasikan Solusi Tetherfi Live Vision AI-Powered Remote Compliance untuk mencegah orang yang tidak sah, benda atau obyek, dan tindakan serta memicu peringatan seketika terhadap pelanggaran apapun yang telah dikonfigurasi sebelumnya.
Mereka menggunakan advanced biometrics untuk secara terus menerus melakukan autentikasi atas pekerja-pekerja yang bekerja secara remote dan mencegah akses yang tidak sah ke data kritikal. Everise juga memastikan bahwa tidak ada gangguan pada agen-agen yang bekerja secara remote dan pelanggaran privasi. Dengan menggunakan solusi ini, seluruh agen yang bekerja secara remote di Asia dan Amerika Utara dapat menangani pertanyaan mengenai pembayaran cek stimulus langsung dari rumah mereka.
Dengan menggunakan platform Tetherfi Remote Security untuk mengamankan infrastruktur bekerja hibrid mereka, Everise:
Singtel adalah konglomerat bisnis telekomunikasi Singapora dan salah satu dari empat perusahaan telko terbesar yang beroperasi di negara tersebut. Meskipun dalam situasi pandemik, pelanggan tetap menuntut sentuhan personal dari penyedia layanan, terlebih untuk momen-momen krusial dari perjalanan mereka mencari solusi, apakah itu dari sebuah bank ataupun perusahaan telekomunikasi. Sementara aplikasi seluler dan platform belanja online memenuhi kebutuhan rutinnya sendiri, kebanyakan layanan personal dan bernilai tinggi seakan tertinggal tanpa dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya di saat pandemik.
Jurang antara ekspektasi dan realita memaksa Singtel untuk menjelajahi berbagai kemungkinan untuk melakukan pendekatan yang inovatif atas kebutuhan tatap muka dan beradaptasi pada definisi normal yang baru.
Singtel mempersiapkan sebuah jaringan pop-up store dan branch in a box store untuk kesenangan pelanggan dan bekerja secara remote yang aman untuk karyawannya selama 24×7. Melalui branch-in-a-box ini, pelanggan dapat menyelesaikan transaksi dan layanan kompleks yang secara traditional biasanya hanya tersedia di cabang, melalui dukungan video live interaktif di Experience Centers. Karyawan tetap dapat melakukan interaksi high-touch dengan pelanggannya.
Seperti pada kasus Everise, Singtel telah dapat memenuhi kebutuhan pengalaman tatap muka para pelanggannya melebihi jam operasional bisnis tanpa mengganggu pengalaman karyawannya. Mereka menaikkan produktifitas karyawan, mengurangi biaya per transaksi, dan menurunkan rata-rata waktu penanganan (average handling time).
Singtel telah berhasil mencapai hasil berikut dengan strategi bekerja secara hibrid mereka:
United Overseas Bank Limited, dikenal dengan nama UOB, adalah perusahaan bank multinational asal Singapore yang memiliki kantor pusat di Singapore, dengan cabang kebanyakan tersebar di Negara Asia Tenggara. Mereka adalah bank dengan ambisi pertumbuhan regional yang kuat.
Untuk bertumbuh secara regional artinya, mereka perlu menjangkau area-area di mana karyawan mereka kemungkinan besar tidak dapat menjangkau. Dan untuk menarik pendengar milenial yang serba cepat, artinya mereka perlu menyediakan perbankan secepat pikiran. Satu-satunya cara untuk memenuhi tuntutan semacam itu adalah dengan mengadopsi sebuah situasi pekerjaan hibrid yang memungkinkan karyawan memenuhi kebutuhan pelanggan, terlepas dari lokasi fisik mereka.
TMRW adalah layanan perbankan digital yang menawarkan solusi cerdas dan sederhana untuk membantu milenial dan pelanggan yang berada di lokasi di mana cabang fisik tidak tersedia. Dengan TMRW pelanggan dapat mendaftar untuk membuat akun baru dan mendapatkan sebuah kartu elektronik dalam waktu kurang dari 9 menit.
Untuk meluncurkan layanan ini, UOB bekerjasama dengan Tetherfi dan memberdayakan generasi digital dengan set solusi perbankan yang komplit, aplikasi mobile-only. Ini juga berarti seluruh staf perbankan yang melayani pelanggan dapat bekerja dari lokasi yang jauh tanpa harus hadir untuk layanan pelanggan tatap muka. Dengan bantuan Tetherfi, UOB dapat meluncurkan:
Tetherfi membantu UOB menjembatani tantangan bisnis dan teknologi untuk solusi perbankan mobile yang unik ini. Dengan bantuan solusi ini, pelanggan dapat mengakses informasi dari mana saja, kapan saja, dan membantu untuk dapat terus terhubung dengan bank selama 24×7.
Secara singkat, mereka membuat perbankan menjadi lebih sederhana, lebih transparan, dan lebih menarik bagi pelanggannya, melalui koneksi data.
Kesimpulan:
Bekerja secara hibrid bukan lagi sebuah pilihan namun merupakan definisi normal yang baru, melintasi berbagai industri dan wilayah. Ini juga mempercepat munculnya pekerja yang berpengetahuan yang dapat menyumbang pertumbuhan yang pesat, tanpa terikat lokasi mereka. Perusahaan juga dapat menghemat milyaran untuk properti dan biaya lainnya terkait infrastruktur. Tetapi, kunci yang membuat strategi bekerja secara hibrid berhasil adalah memiliki teknologi pendukung WFH yang tepat yang dapat mengurangi resiko dan memastikan kebahagiaan karyawan. Pada akhirnya, hanya karyawan yang bahagia yang dapat menyenangkan pelanggan.
You must be logged in to post a comment.