Alyah Amalia
Balai Kartini, 27 Mei 2015. Pesta kompetisi terbesar Contact Center dimulai di sini, saat ini. Segala persiapan baik uji materi maupun mental dari setiap fighter perwakilan masing-masing perusahaan diadu di sini. Lalu siapakah yang layak mendapat gelar bergengsi tahun ini?
Sinar matahari hangat menyapa kota Jakarta hari ini. Aktivitas perkotaan dipagi hari sudah terasa dari padatnya lalu lintas di jalur arteri pusat kota. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari dimana saya ditunjuk untuk mewakili perusahaan untuk mengikuti ajang bergengsi tahunan yang diselenggarakan ICCA untuk perlombaan karya tulis. Perasaan senang bercampur grogi berkecamuk dalam perjalanan ku ke balai kartini, namun etika dan kemanan berlalu lintas harus tetap menjadi prioritas. Tanpa terasa, gedung mewah itu sudah berada di hadapan ku, dan tanpa pikir panjang ku susuri serambi gedung untuk mencari tempat memarkirkan kendaraan.
Langkah ku santai, mengingat waktu masih menunjukkan kurang dari pukul 7 pagi. Setibanya di pintu depan, beberapa kontestan sudah berkumpul berkelompok. Gambaran ekspresi mereka terlihat ringan dan santai sambil mengobrol satu sama lain. Oh ya, aku teringat pada jadwal lomba hari ini, jadwal tes tertulis dimulai pukul 07.30 untuk para Manager, Supervisor, dan Team leader. Sesaat aku memperhatikan para kontestan tersebut dan bergumam dalam hati “wah penampilannya keren-keren banget, parlente dan smart. Kapan yah bisa jadi seperti itu? Hahaha”. Langkahku berlanjut menuju pintu depan dan segera disambut pembukaan pintu oleh security disertai senyuman. Untuk memastikan saja, aku segera menanyakan lokasi test pada nya, dan segera dijawab “Lantai 2 mas, naiknya lewat sini” sambil menunjukkan elevator.
Ku susuri lantai granit berwarna coklat berpadu hitam di gedung ini. Tata letak elevator dan tangga terasa agak simpang siur, beruntung petunjuk pelaksanaan test yang telah disediakan panitia, memberikan arahan yang jelas di setiap ujung tangga dan elevator. Meja registrasi berwarna hijau menyambut kehadiran ku dan para kontestan di anak tangga teratas gedung ini. Beberapa orang terlihat melakukan registrasi dibantu oleh panitia dibalik meja yang menggunakan seragam batik putih dengan corak daun berwarna hitam, yang selanjutnya mendapatkan name tag dengan tali berwarna oranye. Awalnya aku tidak mempedulikan meja registrasi itu, karena anggapan ku hanya untuk peserta test tertulis saja. Ku perhatikan sekeliling, orang-orang masih berpenampilan parlente menyebar sana sini dengan ekspresi yang kebanyakan tegang sambil bersandar di teralis besi maupun duduk di lantai, padahal tidak jauh dari situ, berjejer bangku yang kebanyakan kosong. “Mungkin sangkin tegangnya, bangku jadi nggak kelihatan ya, haha”gumam ku.
Kulihat pintu besar dengan corak ukiran corak batik, tanpa basa basi langsung kucoba terobos ingin melihat bagian dalamnya, tapi dihadang oleh seorang panitia. Ku jelaskan saja kalau saya bukan peserta test tertulis, tapi ia tetap meminta ku untuk registrasi dahulu baru boleh melihat-lihat. Sesaat kemudian name tag tali oranye sudah melingkar di leher, dan diijinkan melihat ruangan test. Ruangan test terlihat luas dan lega. Meja berjajar dengan 2 kursi berlapis kain pada masing-masing meja. Sampai disitu, aku kembali ke serambi depan tempat meja registrasi. Beberapa orang yang baru datang melakukan registrasi. Tampak juga beberapa orang foto bersama di photo booth dengan logo ICCA 2015 dan prusahaan yang mensponsori kegiatan ini, diantaranya Astra, Nice, dan Avaya.
Mendekati jam 08.00, meja registrasi sudah dipenuhi para kontestan. Di sini ada hal yang membuat ku bangga melihatnya. Walaupun sudah mendekati tengat waktu test dan banyaknya peserta yang belum registrasi, budaya mengantri terlihat jelas. Tidak adal salip menyalip sesama pengantri, dan segalanya tertib, sehingga panitia tidak kewalahan. Salut untuk mereka, hehe.
Beberapa saat kemudian, secara teratur tiap kontestan memaski ruang uji nyali dan pintu segera ditutup pertanda test sedang berlangsung. Setiap pengunjung maupun kontestan lomba lain tidak diijinkan untuk masuk ke dalam ruang test. Sekarang, tugas ku hanya menunggu, menunggu hingga test selesai, menunggu peserta test gelombang ke 2 berhamburan untuk registrasi, ataupun menunggu teman-teman dari kantor ku datang mengikuti test. Kulihat beberapa orang di situ juga menunggu, beberapa sedang mengetik dengan wajah serius, terlalu serius malah. Kesimpulan ku, mereka juga peserta writing contest yang sedang meliput kegiatan hari ini. Rasanya canggung juga melihat keseriusan para pesaing, sedangkan aku daritadi hanya memperhatikan. “Cuek aja lah, toh tengat waktu pengumpulan sampai tengah malam” gumam ku.
Tanpa terasa, waktu sudah hampir menunjukkan jam 09.30 . Aku bersiap untuk menyambut ekspresi para peserta test keluar ruangan. Benar saja, tidak lama kemudian pintu terpentang dan para peserta keluar. Ekspresi ceria terpancar dari kebanyakan peserta test, entah ceria karena yakin menjawab soal-soal test dengan baik atau ceria karena sudah keluar dari ruang uji nyali, entahlah. Kebanyakan dari mereka mulai mengelompok, saling bicara bertukar pikiran, adapula yang cross check jawaban dengan temannya, hingga ada yang “tepok jidat” juga. Dari yang ku dengar dari nguping orang-orang sebelah, soalnya hitung-hitungan kinerja call center, soalnya lumayan susah, mengajak sarapan, dan lain lain. Orang-orang yang tadi menunggu juga kuperhatikan sama seperti yang kulakukan, menguping.
Peserta test keluar ruangan, ditambah masuknya peserta gelombang ke-2 membuat keadaan serambi lantai dua sangat ramai, memaksa ku untuk menyingkir sementara. Beruntung ke-4 rekan ku datang bersamaan, sehingga ada teman mengobrol walaupun hanya sebentar karena meja registrasi sudah menunggu. Tidak perlu menunggu terlalu lama, lambat laun keramaian tadi terurai menyisakan kontestan gelombang ke-2 mendaftarkan ulang di meja registrasi. Kesempatan ini kugunakan untuk mencatat semua pengamatan yang tadi ku dapat, tidak lupa dengan mimik wajah serius agar sama dengan kontestan karya tulis yang lain.
Tanpa terasa, pukul 10.00 sudah terlewat. “Wah jam mulai test gelombang ke-2 terlewat” gumam ku. Benar saja, serambi lantai 2 sudah sepi, menyisakan peserta yang tadi kulihat pada saat test gelombang pertama. Mungkin karena terlalu serius mencatat apa –apa saja yang ku perhatikan dari awal tiba di sini sampai riuhnya suasana sewaktu gelombang pertama selesai. Mau tidak mau, aku hanya bisa menunggu kembali hingga test ke 2 selesai.
Sesaat mata ku melihat seorang bapak penampilan trendi dibalut blazer modern warna hitam dengan kemeja berwarna krem di dalamnya. Berjalan santai di lobi ruangan test ruang mawar. Wajahnya riang tanpa beban dan menyapa para peserta “halooo, bagaimana para jurnalis? 1000 kata mudah kok. hehe” katanya dan disambut sapaan, tawa dan pertanyaan juga oleh para kontestan penunggu di situ. Ya benar, beliau adalah Bp. Andi Anugerah, selaku pimpinan ICCA. Melihat gaya santai dan bersahabat beliau, rasa canggung langsung hilang, berganti rasa simpatik. Benar – benar pimpinan yang pantas menjadi contoh panutan. “Ya, aku akan selalu dan terus belajar menjadi pribadi yang lebh baik!” tekad ku.
Kini, aku harus mencari meja, kursi beserta colokan listrik, karena ide dalam pikiran harus segera dimuntahkan, hehe.
Bagaimanapun dan siapapun para peserta kompetisi ICCA 2015, Tetap semangat dan sampai berjumpa di Makan Malam Pengumuman Pemenang seluruh Kategori.. GANBATEEEEEE!!!
You must be logged in to post a comment.