Alyah Amalia
Tak asing bagi Aldila Disela Putri untuk berkontribusi di ajang ICCA (Indonesia Contact Center Awards) dari tahun ke tahun, namun tetap memiliki tantangan yang membisikkan asanya untuk terus menjadi bagian dalam kompetisi bergengsi macam ICCA . Tahun lalu Dila, sapaan akrab di lingkungan contact center PT. Angkasa Pura 2, pulang dengan membawa piagam platinum menjadi bekal pengalaman dan polesan kepercayaan diri untuk kembali menghadirkan asa sebagai juara diantara yang terbaik.
Kompetisi kali ini tentu menjadi begitu spesial bagi wanita berhijab yang tahun ini sudah tak sendiri, 3 bulan sudah ia ditemani sang suami yang menjadi motivator baginya untuk terus berkembang. Dukungan terus mengalir dari teman, rekan kerja, dan keluarga, tentu menjadikan Dila siap menjadi pesaing yang sulit bagi kompetitor nya.
Ditemui usai mempresentasikan karyanya untuk kategori best of the best back office, di Gedung Kalbis Institute , Jakarta Timur (11/7/18). Dila mengutarakan tema yang ia ambil tahun ini adalah mengenai ‘Gurindam 12’, rasa penasaran saya semakin muncul dengan istilah yang asing ditelinga ini. Dila yang memaparkan secara singkat dan jelas perihal apa itu gurindam 12 kepada kami, menuturkan gurindam 12 adalah gurindam yang merupakan karya sastra puisi lama hasil karya Raja Ali Haji seorang sastrawan dan pahlawan nasional dari pulau Penyengat, provinsi Kepuluan Riau yang merupakan daerah asal wanita berhijab ini.
Unsur kedaerahan tentu menjadi pilihan bagi Dila yang mencintai tanah kelahirannya untuk diperkenalkan kepada kita semua mengenai budaya asalnya. Alasan mengapa seorang calon ibu muda ini memilih tema gurindam 12 dikarenakan Melayu Riau identik dengan sajak, pantun, dan syair. Relasi antara Gurindam 12 dengan back office tentu sama-sama membutuhkan unsur pendukung lainnya. Untuk membuat suatu gurindam tentu dibutuhkan dukungan oleh penyair dan alat musik seperti biola, gendang, akordeon dan juga beberapa alat musik lainnya, demikian pula dalam dunia contact center dibutuhkan fungsi support yaitu back office, tuturnya.
Bagi wanita penyuka pancake durian khas Pekanbaru, Kepulauan Riau ini menjelaskan pula bahwa Gurindam 12 itu sendiri berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridai oleh Allah SWT. Selain itu budaya Melayu Riau adalah budaya Melayu yang sopan, suka berpantun dan syair, ia terapkan pula dalam lingkungan kerja untuk menciptakan harmonisasi antar rekan kerja dan unit lain.
Perihal persiapan menghadapi kompetisi ICCA 2018 ini Dila menuturkan telah melakukan latihan maksimal sejak Februari 2018, latihan dua kali lipat dari sebelumnya. Meski jadwalnya semakin padat, yang terkadang bersinggungan dengan waktu kerja, kompetisi, kuliah, serta keluarga, tapi ia cukup cerdas dalam perihal mengatur waktu dan mengembalikan tanggung jawab itu sendiri kepada pribadinya sebagai nilai yang ia pegang teguh dalam prinsip hidup, tandas wanita yang sekarang melanjutkan jenjang Strata 1 di Fakultas Ilmu Administrasi, Program Studi Administrasi Publik, Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI Jakarta.
Gurindam 12 ia yakini akan menjadi senjata jitu menaklukkan hati juri untuk kembali memilihnya sebagai yang terbaik diantara yang terbaik, dan mengantarkannya terbang menuju negeri Recep Tayyip Erdoğan yang terkenal dengan selat Bosporus dan Turkish delight-nya. Dengan penuh semangat dan keyakinan serta tawa ramah di wajahnya, terpapar sikap keyakinan yang didampingi dengan kerja keras.
Diakhir wawancara Dila memberi resep juara yang ia ambil dari karya Raja Ali Haji, yang menurutnya merupakan kutipan dari Gurindam pasal yang Kelima: “jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia, jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu”.**
You must be logged in to post a comment.