Alyah Amalia
JAKARTA-KLIP DJP. Jodoh. Apa itu jodoh? Siapa dia? Kapan akan berjumpa dengannya? Apakah jodoh harus diperjuangkan, bahkan dengan bertaruh seluruh waktu, jiwa, dan raga? Apakah sudah pantas untuk menjemput dan bersanding dengannya saat ini?
Pertanyaan-pertanyaan yang sering terlontar, dari seseorang yang sangat rindu, bersatu, dengan jodoh idamannya. Siang malam, pagi petang, dia selalu saja terngiang-ngiang. Seolah tiada waktu yang sia-sia, kecuali selalu memantaskan diri untuk menjemputnya. Tiada ucapan yang percuma, kecuali kalimat do’a, agar Tuhan segera mempersatukan dengannya.
Seperti itu lah gambaran perebutan Platinum di The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2017. Platinum itu bagaikan jodoh, yang selalu menjadi idaman setiap peserta, diperjuangkan dengan berbagai pengorbanan luar biasa, tanpa mengenal rasa lelah dan pantang menyerah. Berbagai persiapan dan latihan, mewarnai hari-hari mereka. Tidak hanya berhari-hari, bahkan sampai berbulan-bulan, mereka berjuang dengan segala pengorbanan.
Persaingan memperebutkan Platinum, bukanlah persaingan biasa. Kita semua tahu, mereka, peserta TBCCI 2017, adalah orang-orang terpilih dan terbaik dari instansi mereka masing-masing. Mereka semua melakukan berbagai persiapan panjang dan ketat. Diseleksi dengan standar tinggi, bahkan di kalangan internal sendiri. Mereka orang yang hebat dan penuh prestasi. Tidak hanya unggul di bidang akademi, tapi juga dalam berpresentasi. Tidak hanya paras yang memikat hati, tapi juga mental yang membuat juri sampai gerogi.
“Hasil tidak akan mengkhianati usaha”, itu lah klise yang sering kita dengar dari mereka yang sedang berkompetisi. Mereka terus berusaha keras, dengan harapan hasil terbaik bisa tercapai. Masing-masing dari mereka tampil all out. “Saya pasti dapat Platinum”, itu lah sebagian besar keyakinan mereka.
3 bulan persiapan dan latihan, sebagai tanda usaha yang begitu kerasnya. Hari demi hari, dihiasi dengan latihan, latihan, dan latihan.
Apa kata mereka?
Niky Adam. Peserta kategori Team Leader Outbound dari Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan DJP. Dia mengaku puas atas presentasinya, terutama di bagian tengah hingga akhir. Niky, panggilannya, pun telah berhasil meraih hasil terbaik di tes tertulis. Dia berharap, presentasinya meraih poin maksimal.
“Harapan, pastinya harapan untuk menang. Sudah berusaha yang terbaik, mengeluarkan yang terbaik. Berharap untuk menang, semoga dapat platinum”, ungkapnya tentang harapan meraih platinum di ajang ini. Ketika ditanya tentang persiapan, dia menuturkan, ”Persiapan, paling banyak si ketika presentasi. Untuk lomba tertulis, persiapan cuma dua hari. Untuk presentasi hampir seminggu.”
Munajat. Pria yang biasa dipanggil Adjat ini, bermain di kategori videografi dan fotografi bersama timnya. Dia membela tim Astra Honda Motor (AHM). Dengan tema “Satu hati berkompetisi”, Adjat dan timnya mengaku, kemenangan bukan tujuan utama, tapi kemajuan bersama lah yang menjadi semangat motivasi untuk berkompetisi.
“ Ya, pengennya sih menang. Menang dibanyak kategori…”, kata Adjat, yang merupakan harapan dari timnya (AHM). Kalau untuk persiapan, dia menuturkan bahwa timnya sudah banyak persiapan dan latihan. Belajar dari pengalaman kompetisi tahun lalu juga dilakukan. Terus berkreasi dan berinovasi menemukan konsep dan metode baru, kemudian diterapkan saat ini.
Adjat, mewakili tim AHM, juga berharap bahwa kompetisi ini bukan hanya untuk mencari menang, tapi bisa juga untuk mencari solusi untuk perusahaan dari hasil berbagi informasi dan pengetahuan yang di dilakukan perusahaan yang lain melalui presentasi perwakilan mereka.
Ada yang berbeda di hari keempat TBCCI 2017 tahap kedua ini. Hari ini, Kamis (27/7), ada kompetisi untuk kategori Agent Disability. Kategori ini diikuti oleh 8 peserta dari 5 perusahaan yang berbeda, yaitu: 3 peserta dari Telkom Indonesia, 2 peserta dari Bank Mandiri, yang lainnya dari Telkom C4, BI, dan BCA.
Beruntung, hari ini saya sempat berbincang dengan salah satu pesertanya. Yulian Agung Effrata namanya. Beliau wakil dari Telkom Indonesia, untuk kategori Agent Inbound.
Motivasi Agung mengikuti ajang ini adalah untuk menjadi kebanggaan keluarga dan PT Telkom Indonesia itu sendiri. Sudah 3 bulan dia melakukan persiapan. Lebih diperhatikan dan diberi kesempatan lebih luas untuk kalangan difabel, adalah harapannya. Ada satu harapan yang sangat menyentuh darinya. Dia ingin juara, menjadi nomor satu. Bukan untuk meraih platinum, tapi untuk bisa umroh. Ya, tahun ini, kabarnya, hadiah benchmarking ke eropa bisa ditukar dengan satu tiket umroh. Semoga sukses ya, Agung. Niatnya sangat mulia. Saya pun sangat tersentuh mendengarnya.
Lain peserta, lain pula dengan Person in Charge (PIC) peserta dari masing-masing perusahaan. Menurut seorang PIC, sebut saja Bimo, tugas PIC itu sangat berat. Karena harus mempersiapkan seluruh peserta, terutama untuk latihan dan juga registrasinya.
Seorang pria yang lucu dan bernama lengkap Ario Bimo Pranoto ini adalah PIC dari KLIP DJP. “…mudah-mudahan tahun ini kita bisa mendapatkan medali platinum…”, menjadi harapannya. Bukan hanya medali, tapi juga pengalaman dan pelajaran tentang inovasi dan kreasi perusahaan lain untuk maju, menjadi harapan utamanya.
Untuk usaha yang dilakukan, dia mengaku selalu melakukan yang terbaik, mulai dari seleksi peserta, persiapan, dll. termasuk melakukan regenerasi peserta. Analisis juga dilakukan, agar semua persiapan maksimal dan matang.
Andi Anugrah, ketua panitia TBCCI 2017, mengatakan bahwa peserta tahun ini sangat antusias sekali, sangat bagus, dan sangat bersemangat, terlihat dari berbagai feedback yang diberikan oleh peserta. “Semoga lebih semangat, lebih sportif, lebih membangun kekeluargaan, networking, kebersamaan, saya kira itu lebih penting ya…” pungkasnya tentang harapan ajang ini.
Lalu, apa yang membuat peserta berhasil menjadi juara? Menurut pandangan Andi, kemampuan dalam presentasi yang dipadukan dengan ide-ide dan penyajian materi yang memukau juri, menjadi kuncinya, selain hasil tes tertulis yang maksimal.
Seperti itulah kompetisi. Ada kalah ada menang. Kita semua istimewa. Sama-sama lahir sebagai bayi yang lemah. Lalu tumbuh dan berkembang menjadi manusia luar biasa. Kompetisi bukan ajang untuk menyombongkan diri atau merendahkan orang lain, tapi kompetisi adalah ajang untuk belajar dan sarana pendewasaan diri. Sebagai cerminan bahwa kita manusia yang hanya bisa berencana dan usaha, tapi Tuhan lah yang menentukan segalanya. (MI)
You must be logged in to post a comment.