ICCA Indonesia
AstraWorld (02/08/2016). Presentasi menentukan prestasi. Apalagi di ajang kompetisi seperti The Best Contact Center (TBCCI) 2016 ini. Ketika peserta tidak lagi diperkenankan mengenakan kostum-kostum khusus yang memukau mata, tema dan materi presentasi-lah yang dimaksimalkan.
Di hari kedua pelaksanaan TBCCI (2/8), penulis mencoba mencari tahu seperti apa tema-tema yang diusung dan dibawakan para peserta ketika menyajikan materi presentasi mereka ke para juri. Demi memukau perhatian juri dan meningkatkan daya tarik, berbagai analogi pun digunakan untuk mengumpamakan pekerjaan sehari-hari sebagai praktisi contact center. Terkadang, bahkan hal yang nampaknya tidak bersinggungan pun dapat diusung menjadi perumpamaan presentasi di ajang TBCCI 2016 ini.
Adalah peserta TBCCI kategori Social Media dari AstraWorld, Henny, yang menganalogikan pekerjaannya sebagai contact center agent sebagai “Urban Farming”, atau berkebun di lahan perkotaan. Dilihat sekilas, pekerjaan berkebun dan pekerjaan sebagai social media admin nampaknya tidak ada hubungannya sama sekali. Bahkan, Henny mengatakan dirinya sama sekali tidak memiliki kemampuan berkebun. Namun, masih menurut Henny, sebetulnya berkebun di perkotaan (alias Urban Farming) dengan menjadi social media agent di AstraWorld itu ada persamaannya. “Urban Farming itu kan berkebun di perkotaan, dengan penuh keterbatasan baik keterbatasan lahan, waktu, maupun resources lainnya,” Tutur mba Henny menjelaskan, “Sama seperti pekerjaan saya sebagai admin social media AstraWorld, dengan kurangnya pengetahuan tentang mekanis mobil, berbagai brand, dan keterbatasan lainnya, saya perlu mengaktifkan social media AstraWorld.”
Tema ini dibawakan Triantoro Prambudi dari AstraWorld, peserta kategori Team Leader Inbound. Ketika ditanya alasan memilih tema srigala, Toro, demikian panggilan akrabnya, menjelaskan analogi pemilihan tema tersebut. “Srigala itu kan hidupnya berkelompok, sepak terjangnya sangat tergantung dari kelompoknya. Begitu juga team leader, keberhasilannya dalam pekerjaan ditentukan keberhasilan tim yang dipimpinnya”, jelas Toro. Ide menggunakan kepimpinan dalam kawanan srigala diperoleh Toro melalui social media. Beberapa kali melihat postingan terkait dengan srigala, dia pun menggunakannya sebagai tema presentasi untuk TBCCI tahun ini.
Jauh-jauh datang ke Jakarta dari Semarang, perwakilan Indosat Oreedoo bernama lengkap Resty Ferena mengusung tema bintang untuk presentasi individunya. “Setiap orang mempunya potensi menjadi bintang. Meskipun pernah melakukan kesalahan tetapi tetap berpotensi menjadi bintang”, kata Resty ketika ditanya alasannya memilih tema bintang. Awalnya Resty, peserta dikategori Team Leader Inbound, bermaksud menggunakan tema emas untuk presentasinya namun mentornya menyarankan memilih tema bintang yang menganalogikan kepemimpinannya terhadap dua belas orang anggota timnya di Semarang.
Selain perwakilan dari Indosat Oreedoo yang jauh-jauh ke Jakarta demi ajang TBCCI 2016 ini, ada juga Agus dari Jogjakarta yang mewakili Bank Mandiri. Untuk presentasi individunya, Agus menganalogikan pekerjaannya sama seperti permainan Gamelan, yang memang adalah instrumen musik khas Jawa. Menurut Agus, permainan musik Gamelan itu tak ubahnya seperti mengatur sebuah tim. “Karena gamelan itu kan bisa terdiri dari 20 instrumen yang masing-masing unsur memiliki nilainya masing-masing yang berbeda-beda,” Ujar Agus menerangkan. “Begitu pula dengan mengatur tim dalam Contact Center, itu bagaimana kita menyelaraskan masing-masing unsur agar berjalan dengan baik.”
Begitu banyaknya ragam analogi yang diusung dan dicocokkan dengan masing-masing pekerjaan, menjadikan ajang TBCCI memiliki keunikan tersendiri yang sulit terlupakan. Semoga semarak acara TBCCI ini juga memberikan keceriaan dan warna warni dalam kehidupan agent contact center Indonesia. Tema-tema yang diangkat peserta TBCCI 2016 ini diharapkan bisa memberi inspirasi bagi peserta lainnya atau calon peserta di tahun-tahun selanjutnya.
You must be logged in to post a comment.