Published on 27 July 2017

Bertekad untuk Menjadi yang Terbaik

Words by:
avatar

ICCA Indonesia

JAKARTA, ENSEVAL – Meski matahari belum jauh dari peraduannya, sorak sorai supporter berhasil memecah keheningan yang memenuhi gedung Kalbis Institute Pulomas, Jakarta Timur pada hari Kamis (27/7). Layaknya cheerleaders, mereka tak segan meneriakkan kata-kata penyemangat untuk meningkatkan kepercayaan diri rekan mereka yang akan bertanding. Tak tanggung-tanggung, beberapa supporter bahkan ada yang berjumlah lebih dari delapan orang. Jumlah yang cukup fantastis mengingat hanya ada satu orang saja yang maju untuk presentasi.

Rupanya hari ini merupakan hari terakhir dari rangkaian lomba kategori presentasi individu The Best Contact Center Indonesia tahun 2017. Tersisa sembilan dari total 40 kategori yang dilombakan, antara lain Best of Best Customer Service & Social Media, Manager Customer Service, Best of Best Outbound, Best of Best Team Leader CS & Outbound, Customer Service (Large), Customer Service (Small), Team Leader Customer Service, Team Leader Outbound, Telemarketing, Telesales, dan Agent Disability. Di samping itu, ada kategori lain juga yang tengah beradu yakni Talent Writing, Talent Photo, dan Talent Video. Bedanya ketiga lomba multimedia itu berlangsung secara empat hari berturut-turut, sejak 24 Juli 2017.

Walau hampir seluruh penjuru dilengkapi dengan penyejuk ruangan, tetap saja tidak mampu mengusir kegerahan yang menyelimuti hati setiap peserta. Hari terakhir ini justru membuat aura persaingan makin kuat terasa. Hal itu dapat dilihat dari keaktifan mereka dalam mempersiapkan amunisi presentasi. Mulai dari materi hingga properti yang akan digunakan untuk memukau para dewan juri.

Andi Anugrah melakukan press conference terakhir bersama sejumlah peserta talent multimedia pada Kamis (27/7).

Tak hanya perwakilan kategori presentasi individu, para peserta talent multimedia yang meliputi writing, photo, dan video ini ternyata juga merasakan hal yang sama. Tidak ada istilah “menyerah” dalam kamus kosakata mereka. Sebaliknya, berjuang sampai akhir dengan berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik akan mereka lakukan semata demi kepuasaan diri dan kebanggaan perusahaan. “Hari keempat ini gak jauh beda dengan yang kemarin, euforianya masih tetap sama. Yang penting kita berpartisipasi dengan memberikan hasil foto yang terbaik kepada dewan juri,” ujar Donny Manurung, satu-satunya perwakilan kategori talent photo dari PT Primalayan Citra Mandiri (Datascrip Service Center).

Bangun Dwi Nugroho selaku Telesales Agent Pro Telekom Indonesia.

Di sisi lain, Bangun Dwi Nugroho, Telesales Agent Pro Telekom Indonesia, berpendapat bahwa rasa gugup yang melanda akan berangsur-angsur hilang begitu mendekati hari-H pelaksanaan lomba. Lulusan S1 Administrasi Negara Universitas Indonesia ini juga menambahkan, kepercayaan diri untuk melakukan yang terbaik adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi performa pada saat presentasi. Tak lupa pula untuk selalu berdoa dan menjaga pola hidup sehat dengan makan makanan yang bergizi serta rutin berolahraga. “Puncak nervous biasanya terjadi beberapa hari sebelumnya. Kalo persiapan udah matang dan tubuh fit sih, Insya Allah akan lancar,” jelasnya.

Arifudin, perwakilan peserta kategori Telesales dari Coca Cola Amatil Indonesia.

Berbeda halnya dengan Arifudin. Pria yang bekerja di Coca Cola Amatil Indonesia sejak tahun 2016 ini memaparkan bahwa predikat terbaik tidak melulu soal dunia pekerjaan, tetapi juga berlaku dalam kehidupan sosial di sekitar kita. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan sosial yang rutin dilakukannya. Minimal sebulan sekali, Arif akan menyisihkan waktu luangnya untuk pergi ke Kendal dan Semarang dalam rangka mengunjungi desa-desa yang telah dibinanya bersama rekan-rekan sesama sociopreneur sejak empat tahun silam. Rutinitas ini dilakukan sebagai bentuk usaha dalam menyeimbangkan passion-nya, baik di bidang pekerjaan maupun pelayanan sosial.

Bukan hal yang mudah untuk mengikuti ajang berkelas seperti TBCCI. Ratusan kandidat terbaik dari berbagai wilayah di Indonesia harus mempersiapkan mental dan fisik mereka secara matang. Terlebih tahun ini TBCCI menambah satu lagi kategori yang cukup unik yakni Agent Disability. Andi Anugrah menyatakan bahwa keikutsertaan para agent disabilitas merupakan perwujudan dari ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. “Paling tidak kita mencoba lah. Ternyata pesertanya juga ada yang berpartisipasi. Ada delapan orang. Ini juga yang menjadi bukti bahwa kami selaku penyelenggara ikut mendukung implementasi undang-undang tersebut,” ungkap Ketua Indonesia Contact Center Association periode 2014-2019 ini.

Kumyati, satu-satunya agent disabilitas PT Telkom Corporate Customer Care Center (Telkom C4).

Kumyati adalah salah satu agent disabilitas yang tidak pernah menyangka bisa ikut serta dalam sebuah perlombaan bergengsi. Perwakilan dari PT Telkom Corporate Customer Care Center (Telkom C4) ini mengatakan bahwa kategori Agent Disability ini mampu membuka peluang baginya untuk menunjukkan kepada dunia jika keterbatasan yang ia miliki tidak akan menghalanginya dalam berkarya. “Saya ingin menjadi contoh bahwa seorang difabel itu bisa melakukan yang seperti orang lain lakukan, bahkan lebih,” ucap perempuan yang akrab disapa Yati ini.

Sebagai pendatang baru dalam ajang TBCCI, Yati tidak terlihat gentar. Kepercayaan diri tampak begitu lekat padanya. Ia juga mengaku sangat senang dan bangga karena mampu mewakili Telkom C4 dalam kategori baru ini. Tidak berlebihan, perempuan asal Indramayu ini ternyata memiliki keinginan mulia untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain, khususnya bagi teman-teman difabel. Memberikan motivasi kepada mereka merupakan salah satu cara agar dapat merealisasikan mimpi tersebut. Dirinya yakin bahwa teman-teman difabel di luar sana juga mampu untuk berprestasi tanpa harus takut menghadapi persaingan.

Bertekad untuk menjadi yang terbaik adalah tujuan setiap umat manusia di muka bumi ini. Tak heran banyak orang yang menghalalkan berbagai macam cara untuk meluluskan niat tersebut, tapi nyatanya hanya segelintir yang berhasil mewujudkannya. Percaya atau tidak, semua harus dimulai dari pola pikir positif, niat, dan ketulusan hati masing-masing pribadi. Niscaya hal itu akan menimbulkan energi yang baik bagi orang-orang di sekitar kita, karena hasil tidak akan pernah mengkhianati proses, doa, dan usaha.

(CSR/ANS/EPM)

%d bloggers like this: