Alyah Amalia
Pasal pertama, bos selalu benar. Pasal kedua, jika bos salah, lihatlah pasal pertama. Begitulah kira-kira pameo yang sangat terkenal di dunia kerja. Miris memang mendengarnya. Seolah-olah sudah menjadi tabiat seorang atasan untuk bertindak semaunya dan bawahan hanya bisa pasrah.
Kurangnya komunikasi adalah akar dari kesalahpahaman ini. Hal itulah yang disadari oleh Pak Simon petrus, perwakilan BNI Life Insurance dalam perhelatan tahunan The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) untuk lomba presentasi kategori “Best of Best Supervisor”. Menurutnya konsep leadership yang paling ideal adalah komunikasi dua arah. Dimana seorang pemimpin mampu mendengarkan, menampung, serta melibatkan langsung para anggotanya dalam pengambilan keputusan.
Bagi lelaki yang telah menjabat sebagai supervisor selama 1,5 tahun, diskusi adalah jalan tengah yang wajib diterapkan di dalam situasi apa pun. Semua orang berhak didengarkan pendapatnya. Agar keputusan yang diambil dapat sejalan dan tidak ada perbedaan konsep.
Namun, jika ada anggota yang melakukan kesalahan sama yang berulang, maka dirinya tidak akan segan untuk turun langsung memberikan teguran. Seperti cerita yang disampaikannya dan berhasil kami rekam ketika wawancara:
“Ceritanya ada anak yang absensinya jelek. Sudah dicoaching, tapi malah banyak maunya. ‘Aduh aku gak bisa, Kak, duduk pas di bawah ac’, kata anak itu. Kemudian kita pindahkan tempat duduknya ke dekat jendela. ‘Di sini silau, Kak’, katanya lagi. ‘Aku gak bisa, Kak, duduk dekat TL (Team Leader) ini’, katanya sampai aku bilang, ‘Owh, berarti kamu gak cocok kerja di contacts center BNI Life’. Seminggu kemudian anak itu benar-benar keluar”
Cerita Pak Simon sambil tertawa lepas. Para anggota yang duduk berjejeran di sampingnya juga ikut tertawa.
Keceriaan lain datang datang dari Pak Mahendra Santoso yang baru saja keluar ruangan lomba dengan setumpuk buku yang dibawanya saat presentasi. Meski terlihat lelah karena baru saja menyelesaikan lomba di kategori “Best of Best Manager”, tapi Pak Mahendra bersedia membeberkan rahasianya memimpin banyak karyawan.
Menurut Pak Mahendra, tugas penting seorang pemimpin ada tiga. Pertama, menunjukkan cara-cara menuju kesuksesan. Kedua, mendorong mereka untuk terus tumbuh dan berkembang. Ketiga, selalu bersedia membantu, kapan pun para anggota membutuhkan. Jika ketiga hal tersebut dilakukan secara terus menerus, maka dengan sendirinya nanti akan terbentuk sebuah sistem. Dengan harapan setiap anggota dapat meraih kesuksesannya masing-masing.
Namun, Pak Mahendra menambahkan, kalau tugas seorang pemimpin tidak selesai sampai di situ saja. Setelah sistem di atas terbentuk, maka selanjutnya pemimpin harus bercengkrama bersama para anggotanya. Memastikan selalu ada kehangatan di lingkungan kerja dan yang paling peting tidak lupa untuk meluangkan waktu untuk bersenang-senang bersama.
Pada akhirnya, ungkapan “Bawahan Dilarang Salah” bukanlah sebuah ironi, tapi memang keharusan. Toh, tidak mungkin sebuah perusahaan mempertahankan orang yang selalu salah. Baik bawahan, maupun atasan sama-sama tidak boleh salah. Tidak ada istilah “Bos Selalu Benar dan Bawahan Selalu Salah”. Justru yang seharusnya terjadi adalah atasan membenarkan (dalam hal ini mendidik) bawahannya.
“Mensukseskan orang lain adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi saya,” tutup Pak Mahendra.
You must be logged in to post a comment.