Published on 27 April 2015

BICARA 131, Belajar dari Prinsip Tokoh Legendaris Dunia

Words by:
avatar

ICCA Indonesia

Sepertinya jarang ada orang yang akan mengatakan “Siapa sih dia?” saat nama Valentino Rossi disebutkan.

Mungkin hampir semua orang di muka bumi ini akan mengangguk dan mengatakan, “Oh iya, saya tahu. Valentino Rossi itu adalah pembalap motor juara satu dunia.” Dan mungkin berlebihan, tapi agaknya akan ‘malu-maluin’ bila ada orang yang tak tahu siapa Valentino Rossi.

Nah, tapi … Tak semua orang bisa mengetahui apa yang membuat Rossi (pemuda Italia berjuluk “The Doctor” itu) selalu menjadi juara umum balapan. Bagi pecinta MotoGP, yang selalu tak ingin ketinggalan berita tentang ajang balap motor itu, seharusnya pernah mendengar apa yang Valentino Rossi katakan tentang pengalamannya setelah mengikuti balapan.

Beginilah kira-kira yang dikatakan The Doctor, “Saya upayakan semaksimal mungkin ketika situasi sudah tepat. Saya harus kenal mesin motor saya, tapi saya harus bisa memaksimalkan kekuatannya. Namun saya tidak akan memaksakan semua itu ketika situasi tidak tepat, karena impian untuk bisa juara, akan hancur hanya karena saya memaksa. Tapi saya tak pernah menyangka, ternyata saya sudah di depan.”

Ungkapan itu diungkap Rossi saat dia masih menjalani kelas turnamen Moto GP 125 cc. Dan di kelas tersebut, Rossi mencatat rekor tak pernah mengalami kekalahan. Karena track record-nya itulah Rossi akhirnya naik kelas ke 250 cc. Dengan prinsip yang sama, Rossi menjalaninya dengan sukses. Kesuksesan di kelas 250cc itu akhirnya kini membawanya menjadi raja MotoGP yakni di kelas utama 500cc.

Tim BICARA 131 berfoto ria bersama Bapak Andi Anugerah
Tim BICARA 131 berfoto ria bersama Bapak Andi Anugerah

Prinsip Rossi itulah yang menjadi acuan bagi tim Contact Center BICARA 131 dari Bank Indonesia. Sebelum berlanjut ke cerita selanjutnya, perkenalkan dulu, BICARA 131 adalah Bank Indonesia Call and Interaction. Dari namanya tentu sudah dapat dipahami, bahwa BICARA 131 adalah Contact Center Bank Indonesia.

Dengan segala kesiapan yang ada, BICARA 131 sudah siap mengikuti tes tulis pada seleksi The Best Contact Center Indonesia 2015 (TBCCI 2015). Langkah kaki harus berjalan pasti, melangkah penuh keyakinan memasuki Balai Kartini, di Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 37, Jakarta Selatan.

Persaingan ke Macau

Ini adalah hari pertama TBCCI 2015, yang dimulai dengan tes tulis. Tes tulis tahun ini dirasa cukup berbeda. Karena tes tulis ini merupakan penetuan di awal; Apakah para peserta akan dapat lolos dan maju ke tahap selanjutnya? Tahap yang juga akan menentukan apakah mereka dapat menjadi pemenang dalam lomba tahun ini. Pasca tes tulis ini, tahap selanjutnya adalah tahap presentasi. Tes tulis hari ini juga dapat dikatakan sebagai tahap penyaringan para peserta untuk dapat menuju ke tahap presentasi. Semua peserta dari semua kategori harus mengikuti tes tertulis hari ini.

Tentunya tidak akan semuanya bisa lolos ke tahap presentasi. Kenapa? Karena hanya akan ada 23 orang per kategori yang memiliki kesempatan untuk melaju ke tahap presentasi, dari total peserta 529 orang. Wow..! Sebuah angka yang tidak banyak. Tes tertulis hari ini bagaikan sebuah audisi untuk mendapatkan Golden Ticket yang spektakuler. Golden ticket yang akan mengantarkan mereka ke Macau, sebuah kawasan pinggir laut yang berada di Cina, tepatnya di tenggara sebelum Hongkong.

Tak salah lagi, pergi ke Macau menjadi persembahan dari panitia TBCCI 2015 yang sangat menarik. Karena tidak tanggung-tanggung, tiket benchmark ke Macau adalah hadiah utama dalam kompetisi tahunan kali ini. Lalu untuk pemenang Gold, panitia juga sudah menyiapkan tiket yakni benchmark ke negeri yang terkenal dengan pesona Pagoda-nya. Ya, pemenang Gold akan mendapat kesempatan benchmark ke Thailand. Sedangkan untuk pemenang Silver dan Bronze tidak perlu sedih, karena panitia sudah menyiapkan tiket benchmark ke negeri jiran, seperti Kuala Lumpur dan Singapura.

Jutek!!

Suasana lantai 3 gedung Balai Kartini terdengar ramai sampai ke lantai dasar gedung yang berseberangan dengan Menara Jamsostek ini. Semakin ramai suara terdengar saat lantai demi lantai dilewati. Dan akhirnya di lantai 3, terdengar salah seorang peserta tes tertulis mengatakan, “Wah, tesnya susah di soal yang jenisnya sebab akibat!” Ungkapan yang keluar dari mulut seorang perempuan berpenampilan menarik, salah satu dari perwakilan instansi peserta TBCCI 2015.

Wajahnya tersenyum kecut seperti merasa sedikit kesal dengan apa yang sudah dialaminya. Bila melihat dari jadwal kegiatan, perempuan menarik itu telah mendapat giliran tes tulis yang berlangsung pukul 07.30 – 09.30 WIB.

Namun ekspresi ‘jutek’ sang perempuan menarik itu tak menyurutkan semangat para peserta tes tulis agent BICARA 131. “Kita tak gentar. Maju tak gentar!” ungkap peserta tes tulis TBCCI 2015 dari agent BICARA 131, Andy Tri S. Menurut Andy, semua yang didapatnya selama berlatih pra kompetisi TBCCI 2015 menjadi bekal untuk bertarung. “Jadi tak usah kuatirlah. Sudah ada bekalnya,” kata Andi.

Tim BICARA 131 dalam kesempatan ini menurunkan 11 orang dalam tes tulis di hari pertama kompetisi TBCCI 2015. Wajah-wajah tenang namun penuh dengan semangat bersaing tampak pada mereka. Karena semangat menjadi senjata terkuat di semua medan perjuangan. Ingat! Jenderal Eisenhower saat menangani berbagai pertempuran di Perang Dunia II mengatakan, “Saya berikan mereka dukungan terbaik! Karena semangat masih membara di hati mereka! Semangat adalah modal utama perjuangan kita, alasan utama kita menang!”

Sehingga modal kekuatan tim BICARA 131 tak akan dibiarkan menyurut hanya karena melihat suasana yang terjadi. Memang wajah-wajah para peserta tes tulis, saat keluar dari ruangan tes, banyak yang kusut dan berkerenyit dahi. Namun banyak juga yang mencoba untuk berekspresi santai, meski masih tampak guratan di wajah mereka rasa was-was dan kecewa setelah menjalani tes tulis.

Mencoba untuk ceria...
Mencoba untuk ceria…

Bahkan ada yang mengoleskan kayu putih di perut dan pinggir keningnya sambil mencari tempat di sudut ruangan untuk berjongkok. Dari suasana tersebut bisa dibayangkan suasana seperti apa yang dialami para peserta. Namun semua hal itu sudah diantisipasi secara mental dan fisik oleh tim BICARA 131. Semua daya dan upaya sudah dilakukan dan keyakinan akan hasil yang baik sudah menyatu di dalam jiwa.

Optimis dan Jujur

Ikut menjadi bagian dari rasa was-was, kecewa, dan semua perasaan negatif hanya akan membuang-buang tenaga. Tim BICARA 131 berprinsip, apapun medan tugas dan persaingan yang dihadapi, semua harus diikuti serta ditangani dengan optimisme dan kejujuran. Karena tak hanya cukup dengan optimisme, ternyata diri ini juga harus mau mengakui apa yang ada.

Mari kembali kita ambil prinsip para tokoh-tokoh dunia yang sukses. Setelah Valentino Rossi dan Jenderal Eisenhower, mari kita dengar prinsip Abraham Lincoln. Dulu, Lincoln remaja menebang pohon di hutan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Namun di suatu hari, dia diminta menebang pohon oleh ayahnya dan saat itu perasaannya sedang berkecamuk antara marah, khawatir, dan pesimis. Sudah hampir satu jam dia tak bisa menuntaskan pekerjaannya.

Sang ayah pun mendatanginya dan menanyakan mengapa dirinya seperti itu. Lincoln awalnya tak mau jujur. Akhirnya sang ayah memberikannya nasihat-nasihat kecil sehingga membuatnya bisa semakin optimis. Saat itulah Lincoln mulai mendapatkan motivasinya kembali untuk bekerja.

Namun sang ayah mengatakan bahwa masih ada yang harus dia keluarkan dari pikirannya. Alhasil Lincoln mengungkapkan secara jujur semua masalahnya dan mengeluarkan unek-uneknya di depan sang ayah. Usai melakukan hal itu, setelah merasa lega, dia pun diminta melanjutkan penebangan pohon. Dan betul saja, pohon yang ditebangnya pun segera tumbang dengan sempurna, karena dengan optimis dan kejujuran yang telah diungkap Lincoln, dia semakin merasa kuat dan yakin menjalani kehidupan.

Begitulah kiranya apa yang tertanam di tim BICARA 131 dalam menjalani tugas demi tugas dan persaingan demi persaingan. Kami optimis dan penuh kejujuran….